Sunday, March 11, 2007

Pendekatan Refleksi Diri

"Refleksi diri"

Berapa orang yang menganggap kata ini mudah untuk dijalankan ya ?
Ada yang bilang, "Gampang kok 8erz, itu kan cuma masalah melihat siapa aku dan apa saja yang telah kuperbuat."

Benarkah, hanya itu saja ?
Orang yang sama yang bicara diatas, adalah orang yang sama yang menjadi marah kepadaku, ketika aku mengajaknya merefleksi dirinya sendiri pada satu masalah yang dihadapinya. Masalah yang dia anggap sebagai kesalahan dari orang lain dan bukan dirinya sendiri.
Kemarahan yang menunjukkan bahwa proses refleksi diri yang dilakukan, tepat mengenai sasaran di dalam dirinya. Menjadi marah karena dia terpojok, oleh dirinya sendiri, untuk mengakui bahwa inti masalah justru ada didirinya sendiri dan bukan pada orang yang dia kambing hitamkan secara tidak sadar.

Aku dikenal sebagai orang yang mampu dengan cepat mendapatkan inti masalah kemudian membangun solusinya. Karena hal inilah, aku sering menjadi tempat "curhat" orang-orang sekitarku. Bukan hanya sebagai tempat untuk berbagi perasaan, tapi sebagai problem solver. Lucunya, hampir 70% inti masalah yang ditemukan dalam sesi "curhat bersama 8erz", sebenarnya adalah hasil dari proses refleksi diri mereka sendiri. Seringkali inti masalahnya adalah perilaku atau keputusan yang mereka pilih sendiri di waktu-waktu sebelum masalah terjadi. Aku cuma menjadi "trigger" proses refleksi diri ini, dengan atau tanpa mereka sadari.(Kesimpulannya, aku sama sekali bukan analis masalah yang handal, aku cuma lebih mengenal pendekatan refleksi diri untuk menemukan inti masalah, toh akhirnya mereka sendiri yang menemukan inti masalahnya)

Saat ini, aku sampai hampir mengambil kesimpulan, bahwa masalah yang terjadi di sekitar kita, melalui berbagai kejadian yang terkoneksi melalui "pertalian nasib", baik yang "terlihat secara langsung" maupun tidak, sebenarnya diciptakan oleh diri kita sendiri.

Sayangnya, seperti banyak orang bijak bilang, adalah lebih mudah menyalahkan penyebab masalah kepada orang lain, situasi kondisi, atau seringkali "bisikan setan" (setan paling gampang dikambing hitamkan karena ngga pernah protes).

Banyak...banyak sekali yang terjebak dengan hal ini.
Seringkali kebencian yang salah sasaran,muncul hanya gara-gara kegagalan proses refleksi diri.
Banyak orang yang tidak mau susah-susah merefleksi dirinya sendiri untuk memperluas kemungkinan pencarian inti masalah. Dan lebih banyak lagi orang yang tidak mau menerima hasil proses refleksi diri yang mereka lakukan sendiri.

Padahal, semua pasti setuju, sebuah masalah akan lebih cepat beres, saat kita mencabut akarnya. Tapi susah sekali mengakui, jika "akar" tersebut, justru ada dalam diri kita sendiri.

Banyak sekali contoh kasus yang bisa kubeberkan tentang kegagalan proses refleksi diri ini. dari skala individu, bahkan sampai skala multinasional. Tidak usah jauh-jauh deh, hal yang menimpa Indonesia akhir-akhir ini juga, banyak yang terjadi gara-gara gagal merefleksi diri. Khusus tentang indonesia, ada event yang pernah membuatku tertawa. Yakni salah satu isi acara infotaiment. Isi acara tersebut membuatku tergelak karena ternyata bagi beberapa orang, lebih mudah menyalahkan penyebab banjir dan longsor kepada "peperangan Jin", daripada menyadari kesalahan budaya buang sampah sembarangan dan pemotongan kayu ilegal. For God's Sake !

Aku yakin, masih banyak study case yang bisa kita analisa dengan metode refleksi diri ini, baik di kehidupan pribadi, oraganisasi ataupun negara. Apa anda sedang terganggu dengan sebuah masalah ?? coba analisa dengan pendekatan refleksi diri... mungkin saja inti masalahnya ada pada diri anda sendiri :)

( I tell u, this is one of the most amazing tool to make your life more easy and beautifull, when u use it right)

Saturday, March 03, 2007

Kuliah Cinta 2

Nah, Saudara-saudara sekalian, setelah menunggu cukup lama untuk sembuh flu (Yang ternyata adalah vivian flu), akhirnya saya bisa mengajar lagi. Mari kita teruskan pelajaran kita yang sudah cukup tertinggal dari “course plan” kita semula.

Ada yang bisa beritahu saya, sampai mana bahan pelajaran kita sebelumnya ??

Ohya, sampai pembahasan cinta terakhir ya ? Hmm.. the last and everlasting love...

Baiklah, pertama ada yang bisa membayangkan apa bedanya cinta terakhir ini dengan cinta-cinta yang lain ??......

Banyak yang keliru dengan menyamakan cinta sejati dengan cinta terakhir. Ini terjadi kaena pengaruh menyesatkan dari sinetron, film ataupun drama korea n jepang. ( Tapi saya juga suka nonton kok). Memang sih, idealnya terjadi kombinasi “ultimate-last” love. Tapi ngga selamanya dunia ini bisa berjalan seideal itu kan ? dan lucunya, masih menurut para ahli (??), banyaknya kombinasi “ultimate-last” lebih sedikit daripada ultimate dan last love yang terpisah.

Kalau sudah begini, tampaknya kita perlu sedikit merombak anggapan kita tentang yang mana sih yang ideal.

Hei ! anda kelihatan bingung dengan istilah kombinasi ya ? coba dicek lagi catatannya di “Kuliah Cinta 1” di bawah ! :)

Dari trademarknya, masing-masing, kita bisa sedikit merasa perbedaannya, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, trademark cinta sejati yakni “my greatest love” atau “soulmate” memiliki nuansa pengertian yang berbeda dengan trademark cinta terakhir : “Till death do us apart”.

Ada batasan hidup dan mati pada cinta terakhir. Dengan kalimat lain, bisa berbunyi seperti ini : “Dari sekarang sampai sisa hidupku berakhir, aku akan mencintaimu, hidup bersama, dan berbahagia dengan kamu disampingku”. Nah anda bisa mengartikan dan merepresentasikan sendiri-sendiri tentang kemunculan kata sisa di dalam cinta terakhir, apakah itu baik atau buruk. :)

Diluar dari itu... (jadi tadi “itu” tadi dimana ya ?), cinta yang bisa kita sebut sebagai cinta terakhir, memiliki kemungkinan muncul lebih besar pada sebuah pernikahan harmonis yang telah berjalan 20-30 tahun (Jesper-Carolyn, 1888. red)

Atau pada seseorang yang telah menginjak umur 40 tahun keatas dan kemudian menemukan orang yang pantas untuk menjadi cinta terakhirnya. Perbedaan essensi sesungguhnya pada cinta terakhir adalah berkurangnya perasaan menggebu-gebu daripada cinta-cinta yang lain. Cinta terakhir adalah sebuah “kebersediaan” untuk menjalani dan menghabiskan hidup dengan satu orang saja. Bisa dibilang, grafik emosi pada cinta terakhir, lebih datar daripada cinta yang lain, namun memiliki kuadran yang paling panjang.

Tidak semua manusia bisa menemukan perasaan cinta terakhir. Jika ada seorang kakek berumur 50 tahun menikah lagi dengan seorang gadis (misalnya), kita tidak bisa langsung menganggap kakek itu menemukan cinta terakhir.-Apalagi rasanya cukup jarang ada seorang gadis mau menikahi kakek-kakek, no offense-.

Sebuah cinta, berasal dari hati dan merupakan perasaan jujur dan tulus yang tidak bisa dibuat-buat. Tidak setiap manusia yang mati meninggalkan pasangannya, walaupun sudah berusia lanjut, dapat dibilang meninggalkan cinta terakhirnya. Memang cinta terakhir disimpan pada sekuensial yang terakhir, tapi bukan berarti “cintaku sebelum mati”. :P

Nah, sekarang saatnya anda melakukan Tugas Pekerjaan Rumah anda,

Cinta yang mana yang sedang berkembang dalam hubungan anda dengan pasangan anda?

( Hehehe, pertanyaan yang cukup mengguncang iman ya ?) hyuk...hyuk...hyuk...