Thursday, May 24, 2007

..............

bagai riak kecil di tengah samudera

menyamarkan gejolak di kedalamannya

tampak bagaikan sebongkah kaca

biru tipis menanti untuk dapat dipijak

tidak berbentuk tanpa bau dan tiada berasa

saat sang jalur mengarahkan ke kelandaian

hanya satu bentuk yang akan ditampilkan

siap untuk menggerus, menyapu dan menggulung

menunjukkan wujud sejatinya

dengan lantang menyuarakan tantangan

bagi siapa saja yang mampu melawannya

sembari mengetahui tidak ada satu pun

yang mampu mengubahnya kembali

menjadi kaca biru yang lurus dan tenang

Wednesday, May 23, 2007

Rate of Crimes ??

Hmm, seperti yang sudah kutulis di post sebelumnya, saat ini aku punya cukup banyak waktu luang untuk kuhabiskan di rumah. Dalam satu minggu ke belakang cuma satu hari aku keluar rumah lebih dari 3 jam.

So, dalam kesempatan ini aku jadi banyak nonton TV. Salah satu kegiatan yang sangat jarang kulakukan di saat-saat "normal"ku.

Walaupun sudah ada lebih dari 10 stasiun televisi lokal, tetap aja TV rasanya membosankan. Apalagi dalam satu hari bisa ada lebih dari 5-6 program acara gosip artis yang beritanya bisa diulang-ulang dengan kemasan yang lain-lain. Belum lagi ditambah sinetron-sinetron indonesia yang isinya ngga jelas, orang jahat pasti kaya, cantik, menindas orang baik yang biasanya lemah, cuma bisa nangis, gebleg (bukan bodoh), miskin dll. Yang isinya tidak seperti itu pasti tentang cinta-cinta aneh remaja yang sebenarnya hampir ngga masuk akal. Ada sinetron yang cukup baguspun, malah jadi kehilangan daya tariknya karena diperpanjang-panjang ngga jelas.
Helllow ! amnesia itu jarang terjadi lho !
Sisanya paling tentang setan, jin, dan azab-azab untuk orang jahat, yang walaupun idenya bagus, tapi packingnya jauh dari kualitas baik sehingga malah rasanya sedikit menyimpang dari tujuan sebenarnya.
Aku sampai heran, kok ada ya ibu rumah tangga yang betah seharian nongkrong di depan TV ? (no offense, this is just my comment) :)

Kalau isi dari sinetron itu aku bandingkan dengan isi film Naga Bonar 2, rasanya film itu harus dapat piala citra deh.
Tapi bukan hal ini sih yang ingin aku tulis.

Jenis program yang menarik perhatianku dalam satu minggu ini adalah program-program kriminal seperti buser, sidik dsb.
Aku heran, karena pelaku kejahatan yang ditampilkan hampir selalu berbeda di setiap tayangannya. Program kaya gini, berita "aktor dan aktris"nya malah jauh lebih beragam daripada program gosip artis seperti insert atau GO show dsb. Gila !
Buser pagi dan Buser siang saja, aktor kejahatan yang ditampilkannya udah beda.
Ada yang pembunuhan, ada yang perampokan, penipuan, pemerasan, kekerasan rumah tangga, korupsi, jambret,pelacuran, perselingkuhan, seks bebas, perkelahian, penembakan,bunuh diri, pembakaran, pencurian, pemerkosaan, mutilasi, and so on, and so on.
Kayaknya hampir semua jenis kejahatan ada di Indonesia deh. seus !

Buka kamus besar bahasa indonesia, cari kata yang artinya menyerempet tindakan kejahatan, terus tongkrongin buser, atau sidik, dalam seminggu, kata yang didapet itu kemungkinan besar akan muncul di acara tersebut dan dipraktekan oleh seseorang !! Ngeri ngga tuh ?

Kalau dalam satu hari aja, ada lebih dari 10 pelaku kejahatan yang ditangkap (itu baru yang ditayangkan di TV, aslinya pasti jauh lebih banyak), penjara apa ngga penuh ya ?
Di Indonesia, kalau mau bisnis bikin penjara kayaknya bisa untung besar tuh, udah jadi "kebutuhan primer" sih. Ada yang tertarik ?

Oke, stop dulu otak bisnisnya, aku omongin moral dulu :P
Kok bisa separah itu ya ? Aku tahu bahwa program yang mengulas kejahatan sudah ada dari dulu banget, dan tahu juga bahwa mereka ngga pernah kehabisan bahan, which is FREAK !
hebatnya, hukum seperti ngga ada kemajuan, karena makin sini makin beragam dan makin banyak kejahatannya + makin kejam.

"hahaha, hebat lho, ada kepala yang ditemukan di pinggir sungai ! kayaknya korban mutilasi"
ngeri ngga kalau ada orang yang ngomong gitu ? tapi aku bisa jamin pasti ada yang ngomong kaya gitu di daerah sekitar ditemukannya hasil praktek mutilasi itu. Dan ngga cuma 1 orang. masyarakat selalu terlihat antusias di sekitar lokasi bekas kejahatan, seperti yang terlihat di TV.

Aku tidak akan mempertanyakan cara kerja polisi.
Tapi aku prihatin dengan keadaan moral indonesia.
Rasanya gampang banget bunuh istri, hanya karena ngga ngasih "jatah" 1 malam.

Budaya Indonesia yang "mampu" melupakan kejadian seheboh apapun dalam tempo kurang dari 1 bulan, mulai menunjukkan hasilnya.
Aku jadi merasa cara menghukum zaman hammurabi, dimana para terpidana mati atau cambuk dieksekusi di alun-alun kota, malah bisa jadi cara ampuh untuk membangkitkan kesadaran masyarakat kita. seus !
Tapi tentu saja, bukan seperti itu cara yang terbaik, nanti malah aku akan dicap sebagai orang ekstrim dan tidak menghormati HAM dan bla, bla, bla !

Cerita di zaman khalifah Umar bin Khattab, yang dalam satu tahun di negaranya cuma terjadi 3 atau 4 kejahatan sepertinya cuma cerita khayalan kalau dibanding keadaan Indonesia sekarang.
Padahal kalau ditelaah, bisa tercapainya prestasi seperti itu, bukan karena hukum Qisas yang keras saja, tapi karena masyarakat Umar memiliki kesadaran tinggi untuk tidak melakukan kejahatan. Merasa ngeri untuk melakukan kejahatan dari lubuk hatinya, merasa prihatin saat mendengar kejahatan yang orang lain lakukan, patuh dan takut kepada hukum, dan mempercayai perangkat hukum yang memang berkualitas A !

HAM ngga akan berfungsi apa-apa tanpa diikuti kesadaran masyarakat dan hukum yang baik. organisasi-organisasi HAM yang ada cuma terlihat seperti mementingkan eksistensinya tanpa kena sasarannya sama sekali. Tidak semuanya, aku yakin, tapi kebanyakan seperti itu. Apa sebaiknya organisasi semacam itu ngga usah ada aja ??

Apa ya solusinya ? tidak akan simpel, karena persoalannya memang pelik.
Tapi aku rasa kuncinya ada di cara membangkitkan kesadaran dan keprihatinan masyarakat, dan salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui media massa. Pembangkitan kesadaran hukum masyarakat dimulai dari lingkungan keluarganya harus di sosialisasikan besar-besaran dengan packing yang menarik.
Program acara dengan isi "pembangkit kesadaran masyarakat" harus didesain packingnya dengan baik.

Kita harus mengerti, bahwa cara menghimbau saat ini, tidak efektif. Ustadz, pastor dan pemuka agama yang masuk di tv untuk menghimbau biasanya cuma akan dicibir saja.
Kalau saja ada kesepakatan di antara juragan TV untuk sama-sama menayangkan program-program yang packingnya bagus secara konsisten untuk menyadarkan masyarakat tanpa menghiraukan prioritas jam tayang dan rating, mungkin bisa jadi salah satu solusi positif.
Toh dompet mereka juga udah tebal.
Kalau ngga ada yang mau memulai, aku bersedia untuk memulai ! umm...langkah pertama berarti harus jadi salah satu king of media dulu ya ?
Tapi masa ngga ada satu pun sih yang mau memulai ? atau paling tidak sama-sama mengajukan usul-usul seperti usulku ke media massa ?

Haaah...tapi pada dasarnya, aku cuma ingin menyampaikan, that i am apprehensive and sad about this condition.

A shed of tears for you dear motherland, from one of your son.