Salah satu temanku yang berasal dari luar Jawa mengeluh padaku setelah beres satu sesi presentasi di sebuah mata kuliah Computer Networking.
"Gua kok susah banget ya bicara di depan orang. Begitu berdiri di depan untuk presentasi, otak gua langsung blank. Apalagi setelah saat bagian gua untuk bicara. Aku iri ke lo 8erz, presentasi lo minggu kemarin terlihat begitu santai tapi tetap bisa membuat seluruh kelas tertarik dengan materi yang lo bawa."
Aku memandang dia sejenak, lalu berbicara dengan nada bercanda," Terus, kalau memang iri, sekarang apa selanjutnya yang bakal kamu lakukan ? "
Dia menghela nafas dan tersenyum lemah," yah, ga ngapa-ngapain sih, mungkin memang gua orangnya seperti ini. ngga bakat kali ya." dia menambahkan dengan nada cukup sinis," ngga kaya lo yang serba bisa."
Aku tersenyum," kok aku ngga merasa dipuji yah. hehehe."
Dia sedikit tergelak," sori, gua sinis ya ? hehehehe, tapi memang sih, gua kadang suka sebel dengan orang-orang kaya lo, kok bisa sih kita seumuran, tapi lo keliatan lebih sukses dariku
dalam hampir semua bidang. Lo enak banget, dikasih bakat darisononya."
Aku menimpalinya setelah menyalakan rokokku," Teman, aku mau tanya. apa kamu melihat aku sebagai orang yang lebih banyak sukses dari kamu ?"
Dia mengangguk.
Aku meneruskan omonganku," kalau begitu, disitu letak kerugian kamu. tau ngga, pandangan kamu tuh salah total. Aku bisa bilang begini. Saat ini, orang yang sedang bicara didepanmu ini, adalah orang yang jauh lebih banyak gagal daripada kamu."
Dia terdiam sambil memandang dengan mata yang digelayuti tanda tanya," jauh lebih banyak gagal ?" gumamnya.
"Yep, Coba kamu ingat2, kapan pertama kalinya kamu melakukan presentasi dalam pelajaran disekolah ? " tanyaku.
Dia berpikir sebentar, lalu menjawab," hmm...mungkin waktu aku SMP kelas 3"
"nah," sambungku,"terbukti kan, aku mulai presentasi di depan kelas seperti itu dari kelas 4 SD loh, dan tempatku sekolah, dari SD, SMP sampai SMU, kebetulan adalah sekolah-sekolah yang punya guru-guru yang senang nyusahin muridnya untuk presentasi dalam mata pelajarannya. Dan jangan salah, banyak sekali presentasiku yang kacau. Masih mending kalau kamu cuma malu didepan kelas, aku sempat membuat hal yang malu-maluin di depan kelas."
Dia terlihat berpikir.
Aku kemudian melanjutkan," Begitu juga buat yang lainnya, kalau kamu melihat aku lebih sukses dari kamu dalam satu bidang, menurutku, pasti karena aku sudah lebih banyak gagal di bidang tersebut daripada kamu. Tapi kemudian, pertanyaannya adalah, saat aku gagal, apa yang harus aku lakukan ? iri pada orang ? menyerah ? memvonis diri sendiri ? atau sebaliknya, terus berusaha memperbaiki diri sambil berpegang pada prinsip, bahwa kesuksesan itu diraih dari satu kegagalan ke kegagalan lainnya dengan tanpa kehilangan antusiasme"
Dia menyanggah", Gua sedikit ngga setuju 8erz, masalahnya, umur lo ngga beda ama gua. Harusnya pengalaman kita juga ngga jauh beda."
Aku tersenyum," Aku ngga percaya pengalaman ditentukan oleh rentang waktu. ambil contoh, orang yang ketika gagal terus menggerutu, kesal, lalu menyerah, dengan orang yang ketika gagal, terus bangkit lagi dan bangkit lagi dan bangkit lagi, dalam waktu setahun aja, mana yang pengalamannya akan lebih banyak ?"
Dia menjawab," orang yang kedua."
" Nah, logikanya aja begitu kan ? jadi perbedaan kamu dan aku cuma prinsip kok, bukan bakat. Kalau kamu ingin terus mengembangkan diri, coba sedikit modif prinsip kamu. Coba kejar satu level dalam hidup, dimana melakukan sesuatu dengan keseriusan dan menikmati prosesnya jadi lebih penting daripada hasil akhir dan menang atau kalahnya" sambungku.
Dia kembali bergumam, " masuk akal, benar juga yah ?"
Aku kemudian minum lalu bertanya," nah, sekarang aku bertanya lagi, kalau memang iri, apa yang bakal kamu lakukan sekarang ? "
Dia tersenyum lalu mengangkat tangan", ya deh 8erz, gua ga akan menyerah untuk memperbaiki diri. "
"di segala bidang." tambahku.
"di segala bidang." sahutnya.
" Aku tambahkan satu lagi deh, bilang kalau kamu ngga setuju dengan statement ini, One of the easiest way to succeed is to watch what other successful people doing, and then take it a step further !" tambahku.
Dia terdiam sejenak, lalu menyahut,
" aku setuju." jawabnya
"hehehe, sekarang malah kebalikannya loh, kalau kamu setuju dan percaya, berarti sebenarnya kamu malah lebih beruntung dariku. " sambungku.
"maksudnya ?" tanyanya.
Aku tersenyum," loh, iya dong. indahnya kata-kata take it a step further adalah itu berarti, kamu ngga harus melalui pengalaman seperti yang aku alami untuk mencapai tahapku sekarang, tapi tinggal mencuri ilmu, kemudian mengembangkannya lagi. Bukannya itu malah keberuntungan kan ? " tanyaku.
Dia mengangguk dan tersenyum senang. " hehehe iya juga ya."
"Told you. Jadi, saat sebenarnya kamu beruntung seperti ini, kalau kamu berpikir untuk menyerah, kan sebenarnya bodoh dong ?" tutupku.
8erz '06