Sunday, July 08, 2007

I did that becoz i love her/him ????

"itu karena aku sayang dia "

Mungkin udah lebih dari seratus kali aku dengar kalimat ini dilontarkan oleh teman2ku.
Dan setiap aku mendengar kalimat ini disebutkan dalam rangka pengesahan sebuah tindakan yang dilakukan kepada orang yang disayangi, aku selalu menimpalinya pertama kali dengan kalimat :
"kamu sayang dia atau sayang dirimu sendiri ?"

hari ini pun aku mengeluarkan pertanyaan seperti ini di dalam sebuah sms kepada seorang temanku yang sedang bertengkar dengan pacarnya...

Memang harus diakui.. cukup gampang untuk mengesahkan sebuah tindakan/sikap egoistis diri sendiri kepada orang lain dengan alasan "karena aku sayang dia", apalagi jika tindakan/sikap tersebut diarahkan kepada kerabat dekat seperti pacar, istri, suami, adik, kakak dsb.

hebatnya, kalimat yang pertama kutulis diatas,bisa dengan mudah "menipu" mata kita sendiri dari ego pribadi.

pertanyaan berikutnya dalam smsku : "kalau memang kamu lakukan hal tersebut karena kamu sayang dia, kenapa kalian bisa bertengkar ?? oh come on, akui sajalah.. kamu lakukan hal itu karena sebenarnya kamu sayang dirimu sendiri, dan dia marah, karena dia juga sayang dirinya sendiri "

oke... lalu apa salahnya sih kalau kita sayang pada diri sendiri ? tidak berhak kah kita untuk sayang pada diri sendiri ?
jawabannya simpel..
tidak salah, kita berhak menyayangi diri sendiri, tapi ya jangan kemudian melabeli tindakan yang didasari perasaan sayang pada diri sendiri dengan "karena aku sayang dia" dong.
ngga fair kan ?

label seperti itu malah seringkali menjebak diri sendiri. jebakan yang akhirnya menjurus kepada pertengkaran antara dua pihak yang saling menyayangi... (they say)

padahal, tanpa label tersebut, kita lebih mudah menyadari kesalahan-kesalahan di dalam ego kita. dan kemudian tentu saja dengan lebih cepat membereskan komunikasi.

Thursday, May 24, 2007

..............

bagai riak kecil di tengah samudera

menyamarkan gejolak di kedalamannya

tampak bagaikan sebongkah kaca

biru tipis menanti untuk dapat dipijak

tidak berbentuk tanpa bau dan tiada berasa

saat sang jalur mengarahkan ke kelandaian

hanya satu bentuk yang akan ditampilkan

siap untuk menggerus, menyapu dan menggulung

menunjukkan wujud sejatinya

dengan lantang menyuarakan tantangan

bagi siapa saja yang mampu melawannya

sembari mengetahui tidak ada satu pun

yang mampu mengubahnya kembali

menjadi kaca biru yang lurus dan tenang

Wednesday, May 23, 2007

Rate of Crimes ??

Hmm, seperti yang sudah kutulis di post sebelumnya, saat ini aku punya cukup banyak waktu luang untuk kuhabiskan di rumah. Dalam satu minggu ke belakang cuma satu hari aku keluar rumah lebih dari 3 jam.

So, dalam kesempatan ini aku jadi banyak nonton TV. Salah satu kegiatan yang sangat jarang kulakukan di saat-saat "normal"ku.

Walaupun sudah ada lebih dari 10 stasiun televisi lokal, tetap aja TV rasanya membosankan. Apalagi dalam satu hari bisa ada lebih dari 5-6 program acara gosip artis yang beritanya bisa diulang-ulang dengan kemasan yang lain-lain. Belum lagi ditambah sinetron-sinetron indonesia yang isinya ngga jelas, orang jahat pasti kaya, cantik, menindas orang baik yang biasanya lemah, cuma bisa nangis, gebleg (bukan bodoh), miskin dll. Yang isinya tidak seperti itu pasti tentang cinta-cinta aneh remaja yang sebenarnya hampir ngga masuk akal. Ada sinetron yang cukup baguspun, malah jadi kehilangan daya tariknya karena diperpanjang-panjang ngga jelas.
Helllow ! amnesia itu jarang terjadi lho !
Sisanya paling tentang setan, jin, dan azab-azab untuk orang jahat, yang walaupun idenya bagus, tapi packingnya jauh dari kualitas baik sehingga malah rasanya sedikit menyimpang dari tujuan sebenarnya.
Aku sampai heran, kok ada ya ibu rumah tangga yang betah seharian nongkrong di depan TV ? (no offense, this is just my comment) :)

Kalau isi dari sinetron itu aku bandingkan dengan isi film Naga Bonar 2, rasanya film itu harus dapat piala citra deh.
Tapi bukan hal ini sih yang ingin aku tulis.

Jenis program yang menarik perhatianku dalam satu minggu ini adalah program-program kriminal seperti buser, sidik dsb.
Aku heran, karena pelaku kejahatan yang ditampilkan hampir selalu berbeda di setiap tayangannya. Program kaya gini, berita "aktor dan aktris"nya malah jauh lebih beragam daripada program gosip artis seperti insert atau GO show dsb. Gila !
Buser pagi dan Buser siang saja, aktor kejahatan yang ditampilkannya udah beda.
Ada yang pembunuhan, ada yang perampokan, penipuan, pemerasan, kekerasan rumah tangga, korupsi, jambret,pelacuran, perselingkuhan, seks bebas, perkelahian, penembakan,bunuh diri, pembakaran, pencurian, pemerkosaan, mutilasi, and so on, and so on.
Kayaknya hampir semua jenis kejahatan ada di Indonesia deh. seus !

Buka kamus besar bahasa indonesia, cari kata yang artinya menyerempet tindakan kejahatan, terus tongkrongin buser, atau sidik, dalam seminggu, kata yang didapet itu kemungkinan besar akan muncul di acara tersebut dan dipraktekan oleh seseorang !! Ngeri ngga tuh ?

Kalau dalam satu hari aja, ada lebih dari 10 pelaku kejahatan yang ditangkap (itu baru yang ditayangkan di TV, aslinya pasti jauh lebih banyak), penjara apa ngga penuh ya ?
Di Indonesia, kalau mau bisnis bikin penjara kayaknya bisa untung besar tuh, udah jadi "kebutuhan primer" sih. Ada yang tertarik ?

Oke, stop dulu otak bisnisnya, aku omongin moral dulu :P
Kok bisa separah itu ya ? Aku tahu bahwa program yang mengulas kejahatan sudah ada dari dulu banget, dan tahu juga bahwa mereka ngga pernah kehabisan bahan, which is FREAK !
hebatnya, hukum seperti ngga ada kemajuan, karena makin sini makin beragam dan makin banyak kejahatannya + makin kejam.

"hahaha, hebat lho, ada kepala yang ditemukan di pinggir sungai ! kayaknya korban mutilasi"
ngeri ngga kalau ada orang yang ngomong gitu ? tapi aku bisa jamin pasti ada yang ngomong kaya gitu di daerah sekitar ditemukannya hasil praktek mutilasi itu. Dan ngga cuma 1 orang. masyarakat selalu terlihat antusias di sekitar lokasi bekas kejahatan, seperti yang terlihat di TV.

Aku tidak akan mempertanyakan cara kerja polisi.
Tapi aku prihatin dengan keadaan moral indonesia.
Rasanya gampang banget bunuh istri, hanya karena ngga ngasih "jatah" 1 malam.

Budaya Indonesia yang "mampu" melupakan kejadian seheboh apapun dalam tempo kurang dari 1 bulan, mulai menunjukkan hasilnya.
Aku jadi merasa cara menghukum zaman hammurabi, dimana para terpidana mati atau cambuk dieksekusi di alun-alun kota, malah bisa jadi cara ampuh untuk membangkitkan kesadaran masyarakat kita. seus !
Tapi tentu saja, bukan seperti itu cara yang terbaik, nanti malah aku akan dicap sebagai orang ekstrim dan tidak menghormati HAM dan bla, bla, bla !

Cerita di zaman khalifah Umar bin Khattab, yang dalam satu tahun di negaranya cuma terjadi 3 atau 4 kejahatan sepertinya cuma cerita khayalan kalau dibanding keadaan Indonesia sekarang.
Padahal kalau ditelaah, bisa tercapainya prestasi seperti itu, bukan karena hukum Qisas yang keras saja, tapi karena masyarakat Umar memiliki kesadaran tinggi untuk tidak melakukan kejahatan. Merasa ngeri untuk melakukan kejahatan dari lubuk hatinya, merasa prihatin saat mendengar kejahatan yang orang lain lakukan, patuh dan takut kepada hukum, dan mempercayai perangkat hukum yang memang berkualitas A !

HAM ngga akan berfungsi apa-apa tanpa diikuti kesadaran masyarakat dan hukum yang baik. organisasi-organisasi HAM yang ada cuma terlihat seperti mementingkan eksistensinya tanpa kena sasarannya sama sekali. Tidak semuanya, aku yakin, tapi kebanyakan seperti itu. Apa sebaiknya organisasi semacam itu ngga usah ada aja ??

Apa ya solusinya ? tidak akan simpel, karena persoalannya memang pelik.
Tapi aku rasa kuncinya ada di cara membangkitkan kesadaran dan keprihatinan masyarakat, dan salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui media massa. Pembangkitan kesadaran hukum masyarakat dimulai dari lingkungan keluarganya harus di sosialisasikan besar-besaran dengan packing yang menarik.
Program acara dengan isi "pembangkit kesadaran masyarakat" harus didesain packingnya dengan baik.

Kita harus mengerti, bahwa cara menghimbau saat ini, tidak efektif. Ustadz, pastor dan pemuka agama yang masuk di tv untuk menghimbau biasanya cuma akan dicibir saja.
Kalau saja ada kesepakatan di antara juragan TV untuk sama-sama menayangkan program-program yang packingnya bagus secara konsisten untuk menyadarkan masyarakat tanpa menghiraukan prioritas jam tayang dan rating, mungkin bisa jadi salah satu solusi positif.
Toh dompet mereka juga udah tebal.
Kalau ngga ada yang mau memulai, aku bersedia untuk memulai ! umm...langkah pertama berarti harus jadi salah satu king of media dulu ya ?
Tapi masa ngga ada satu pun sih yang mau memulai ? atau paling tidak sama-sama mengajukan usul-usul seperti usulku ke media massa ?

Haaah...tapi pada dasarnya, aku cuma ingin menyampaikan, that i am apprehensive and sad about this condition.

A shed of tears for you dear motherland, from one of your son.

Saturday, April 14, 2007

Pembinaan Profesional bung !

Saking banyaknya berita yang membahas tentang kasus IPDN, aku jadi tergelitik juga untuk berkomentar nih :P

Dari sudut pandang seorang eighterz, yang paling menyebalkan dari kasus ini adalah, dengan kasus ini, IPDN membuat pernyataan resmi ke dunia bahwa Indonesia masih ketinggalan jaman dalam konsep pembinaan Siswa !

Aku termasuk seorang siswa yang kenyang akan pembinaan berbau kekerasan. Waktu masuk SMU, satu-satunya SMU yang masih mengizinkan kekerasan dalam ospeknya di bandung adalah SMU ku. Masuk ke Universitas pertamaku, Sipil Unpar adalah salah satu jurusan di Bandung yang paling keras pembinaannya. Yang namanya pukulan, ancaman pakai ucapan,bentakan, dorongan, bahkan ancaman dengan pisau di leher sudah pernah kualami. Push-up gila-gilaan, sit-up, squat-jump lari-lari jarak jauh dan kegiatan fisik ekstrim lainnya juga pernah kualami semasa pembinaan.

Tapi dari mata seorang eighterz, hal-hal itu tertanam sebagai hal-hal yang sia-sia dan ngga ada gunanya, sehingga aku selalu berusaha keras untuk mencari konsep lain pembinaan seorang mahasiswa yang benar-benar tepat. Dan akhirnya aku bisa mencoba konsepku di universitasku sekarang, ITHB.

Dengan mengangkat konsep pembinaan profesionalisme dan motivasi, hampir tidak ada kekerasan dalam pembinaan universitasku sekarang. Aku akui, tanpa pembinaan sama sekali, mental mahasiswa benar2 menjadi drop. Dan aku tidak bicara seperti ini tanpa fakta, karena aku telah mencobanya sendiri dengan tidak mengospek sama-sekali satu angkatan dibawahku.Dan mereka memang jadi relatif lebih malas dan manja.

Oleh karena itu, untuk angkatan selanjutnya, aku bersama teman-teman lintas jurusan di ITHB, berkumpul untuk mematangkan konsep baru pembinaan yang tanpa kekerasan namun tetap dapat menanamkan moral, sikap profesional, dan motivasi tinggi, dengan mengadopsi berbagai konsep seminar-seminar pengembangan diri di dunia Internasional. Kami melakukan research project dari internet, buku-buku best seller, para praktisi di lapangan kerja sebenarnya dll hanya untuk mencari bentukan konsep pembinaan baru yang tepat untuk mengembangkan pribadi seorang mahasiswa baru di jaman globalisme ini. Tanpa dibayar, pure berasal dari keinginan untuk maju dan mensejajarkan diri dengan dunia internasional.

Dan, ternyata hasilnya cukup memuaskan, angkatan mahasiswa yang ditimpakan pembinaan dengan konsep baru yang belum terlalu matang ini ternyata bisa menyerap dengan baik inti pembinaannya dan bisa memanfaatkannya di kehidupan kampus mereka sekarang. Konsep ini masih terus berusaha disempurnakan, kami dan pihak rektorat kampus sudah dari dulu mengganti nama OSPEK dan pembinaan menjadi NSOP dan Outbound.

Kebayang ngga betapa mirisnya aku ketika mendengar IPDN lagi-lagi membunuh siswanya ? bahkan siswa yang terbaik di angkatannya ?
Disaat kami sedang sibuk membentuk sebuah konsep baru yang diusahakan berwawasan dunia, ada sebuah kampus ternama di Indonesia yang senior-senior dan jajaran pengajarnya begitu kolotnya, begitu sempit wawasannya, dan begitu bodohnya menganggap cara pembinaan "All out harsh" seperti itu adalah cara yang terbaik ?? For God Sake.

Di Sebuah artikel di kompas seorang wakil senior praja IPDN melakukan pembelaan sebagai berikut "Tapi tidak benar kami dididik disini untuk menjadi tukang pukul, kejadian ini dilakukan oknum".
Coba pikirkan, pendapat ini keluar untuk membela sebuah sistem yang sudah kolot dan bisa dibilang tidak berguna lagi. Pendapat seperti ini adalah pendapat dari seseorang yang bahkan tidak punya ide untuk mencari sistem baru yang lebih baik, apalagi mau berusaha mencari dan memebentuk sistem baru seperti yang aku lakukan dengan teman2ku di kampusku sekarang. Boro-boro kepikiran untuk melakukan sesuatu yang lebih baik kalau yang lama masih dianggap bagus dan kompten, ya ngga ? Timpakan saja ke oknum, beres !

Betapa sempitnya wawasan mereka, yang dalam hatinya masih berpikir "Sistemnya tidak salah, oknum yang salah". Karena selama mereka berpikiran seperti itu, mereka tidak akan pernah berusaha mencari bentukan konsep sistem baru sama sekali. Dan point inilah yang benar2 membuatku merasa sebal. Apa calon praja di Indonesia segitu bodohnya ? Segitu ngga ingin majunya ? disitu-situ aja ?! Wake up Guyz !

Masyarakat juga sama aja, banyak yang hanya karena melihat video pembinaan IPDN merasa ngeri, dan kemudian berkoar-koar, bubarkan !
Sudah, itu saja, satu kata, bubarkan.
Bukan disitu masalahnya, kalau dasarnya dari keinginan untuk maju, perbaiki dong.
Pembubaran cuma akan menjadi penutup gentong masalah saja. peti es yang biasanya ngga akan ada tindak lanjut.
Ayo dong Indonesia, jangan jadi sebuah bangsa yang tidak punya wawasan dan tidak punya mental untuk maju.
Kombinasinya kan Kritik dan Saran !
selama ini cuma kritik saja yang selalu kudengar dan kubaca, sarannya ??



eighterz '07

Sunday, March 11, 2007

Pendekatan Refleksi Diri

"Refleksi diri"

Berapa orang yang menganggap kata ini mudah untuk dijalankan ya ?
Ada yang bilang, "Gampang kok 8erz, itu kan cuma masalah melihat siapa aku dan apa saja yang telah kuperbuat."

Benarkah, hanya itu saja ?
Orang yang sama yang bicara diatas, adalah orang yang sama yang menjadi marah kepadaku, ketika aku mengajaknya merefleksi dirinya sendiri pada satu masalah yang dihadapinya. Masalah yang dia anggap sebagai kesalahan dari orang lain dan bukan dirinya sendiri.
Kemarahan yang menunjukkan bahwa proses refleksi diri yang dilakukan, tepat mengenai sasaran di dalam dirinya. Menjadi marah karena dia terpojok, oleh dirinya sendiri, untuk mengakui bahwa inti masalah justru ada didirinya sendiri dan bukan pada orang yang dia kambing hitamkan secara tidak sadar.

Aku dikenal sebagai orang yang mampu dengan cepat mendapatkan inti masalah kemudian membangun solusinya. Karena hal inilah, aku sering menjadi tempat "curhat" orang-orang sekitarku. Bukan hanya sebagai tempat untuk berbagi perasaan, tapi sebagai problem solver. Lucunya, hampir 70% inti masalah yang ditemukan dalam sesi "curhat bersama 8erz", sebenarnya adalah hasil dari proses refleksi diri mereka sendiri. Seringkali inti masalahnya adalah perilaku atau keputusan yang mereka pilih sendiri di waktu-waktu sebelum masalah terjadi. Aku cuma menjadi "trigger" proses refleksi diri ini, dengan atau tanpa mereka sadari.(Kesimpulannya, aku sama sekali bukan analis masalah yang handal, aku cuma lebih mengenal pendekatan refleksi diri untuk menemukan inti masalah, toh akhirnya mereka sendiri yang menemukan inti masalahnya)

Saat ini, aku sampai hampir mengambil kesimpulan, bahwa masalah yang terjadi di sekitar kita, melalui berbagai kejadian yang terkoneksi melalui "pertalian nasib", baik yang "terlihat secara langsung" maupun tidak, sebenarnya diciptakan oleh diri kita sendiri.

Sayangnya, seperti banyak orang bijak bilang, adalah lebih mudah menyalahkan penyebab masalah kepada orang lain, situasi kondisi, atau seringkali "bisikan setan" (setan paling gampang dikambing hitamkan karena ngga pernah protes).

Banyak...banyak sekali yang terjebak dengan hal ini.
Seringkali kebencian yang salah sasaran,muncul hanya gara-gara kegagalan proses refleksi diri.
Banyak orang yang tidak mau susah-susah merefleksi dirinya sendiri untuk memperluas kemungkinan pencarian inti masalah. Dan lebih banyak lagi orang yang tidak mau menerima hasil proses refleksi diri yang mereka lakukan sendiri.

Padahal, semua pasti setuju, sebuah masalah akan lebih cepat beres, saat kita mencabut akarnya. Tapi susah sekali mengakui, jika "akar" tersebut, justru ada dalam diri kita sendiri.

Banyak sekali contoh kasus yang bisa kubeberkan tentang kegagalan proses refleksi diri ini. dari skala individu, bahkan sampai skala multinasional. Tidak usah jauh-jauh deh, hal yang menimpa Indonesia akhir-akhir ini juga, banyak yang terjadi gara-gara gagal merefleksi diri. Khusus tentang indonesia, ada event yang pernah membuatku tertawa. Yakni salah satu isi acara infotaiment. Isi acara tersebut membuatku tergelak karena ternyata bagi beberapa orang, lebih mudah menyalahkan penyebab banjir dan longsor kepada "peperangan Jin", daripada menyadari kesalahan budaya buang sampah sembarangan dan pemotongan kayu ilegal. For God's Sake !

Aku yakin, masih banyak study case yang bisa kita analisa dengan metode refleksi diri ini, baik di kehidupan pribadi, oraganisasi ataupun negara. Apa anda sedang terganggu dengan sebuah masalah ?? coba analisa dengan pendekatan refleksi diri... mungkin saja inti masalahnya ada pada diri anda sendiri :)

( I tell u, this is one of the most amazing tool to make your life more easy and beautifull, when u use it right)

Saturday, March 03, 2007

Kuliah Cinta 2

Nah, Saudara-saudara sekalian, setelah menunggu cukup lama untuk sembuh flu (Yang ternyata adalah vivian flu), akhirnya saya bisa mengajar lagi. Mari kita teruskan pelajaran kita yang sudah cukup tertinggal dari “course plan” kita semula.

Ada yang bisa beritahu saya, sampai mana bahan pelajaran kita sebelumnya ??

Ohya, sampai pembahasan cinta terakhir ya ? Hmm.. the last and everlasting love...

Baiklah, pertama ada yang bisa membayangkan apa bedanya cinta terakhir ini dengan cinta-cinta yang lain ??......

Banyak yang keliru dengan menyamakan cinta sejati dengan cinta terakhir. Ini terjadi kaena pengaruh menyesatkan dari sinetron, film ataupun drama korea n jepang. ( Tapi saya juga suka nonton kok). Memang sih, idealnya terjadi kombinasi “ultimate-last” love. Tapi ngga selamanya dunia ini bisa berjalan seideal itu kan ? dan lucunya, masih menurut para ahli (??), banyaknya kombinasi “ultimate-last” lebih sedikit daripada ultimate dan last love yang terpisah.

Kalau sudah begini, tampaknya kita perlu sedikit merombak anggapan kita tentang yang mana sih yang ideal.

Hei ! anda kelihatan bingung dengan istilah kombinasi ya ? coba dicek lagi catatannya di “Kuliah Cinta 1” di bawah ! :)

Dari trademarknya, masing-masing, kita bisa sedikit merasa perbedaannya, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, trademark cinta sejati yakni “my greatest love” atau “soulmate” memiliki nuansa pengertian yang berbeda dengan trademark cinta terakhir : “Till death do us apart”.

Ada batasan hidup dan mati pada cinta terakhir. Dengan kalimat lain, bisa berbunyi seperti ini : “Dari sekarang sampai sisa hidupku berakhir, aku akan mencintaimu, hidup bersama, dan berbahagia dengan kamu disampingku”. Nah anda bisa mengartikan dan merepresentasikan sendiri-sendiri tentang kemunculan kata sisa di dalam cinta terakhir, apakah itu baik atau buruk. :)

Diluar dari itu... (jadi tadi “itu” tadi dimana ya ?), cinta yang bisa kita sebut sebagai cinta terakhir, memiliki kemungkinan muncul lebih besar pada sebuah pernikahan harmonis yang telah berjalan 20-30 tahun (Jesper-Carolyn, 1888. red)

Atau pada seseorang yang telah menginjak umur 40 tahun keatas dan kemudian menemukan orang yang pantas untuk menjadi cinta terakhirnya. Perbedaan essensi sesungguhnya pada cinta terakhir adalah berkurangnya perasaan menggebu-gebu daripada cinta-cinta yang lain. Cinta terakhir adalah sebuah “kebersediaan” untuk menjalani dan menghabiskan hidup dengan satu orang saja. Bisa dibilang, grafik emosi pada cinta terakhir, lebih datar daripada cinta yang lain, namun memiliki kuadran yang paling panjang.

Tidak semua manusia bisa menemukan perasaan cinta terakhir. Jika ada seorang kakek berumur 50 tahun menikah lagi dengan seorang gadis (misalnya), kita tidak bisa langsung menganggap kakek itu menemukan cinta terakhir.-Apalagi rasanya cukup jarang ada seorang gadis mau menikahi kakek-kakek, no offense-.

Sebuah cinta, berasal dari hati dan merupakan perasaan jujur dan tulus yang tidak bisa dibuat-buat. Tidak setiap manusia yang mati meninggalkan pasangannya, walaupun sudah berusia lanjut, dapat dibilang meninggalkan cinta terakhirnya. Memang cinta terakhir disimpan pada sekuensial yang terakhir, tapi bukan berarti “cintaku sebelum mati”. :P

Nah, sekarang saatnya anda melakukan Tugas Pekerjaan Rumah anda,

Cinta yang mana yang sedang berkembang dalam hubungan anda dengan pasangan anda?

( Hehehe, pertanyaan yang cukup mengguncang iman ya ?) hyuk...hyuk...hyuk...

Saturday, January 27, 2007

A letter of counsel.

To someone who feel suffer for making a wrong decision in the worst possible time...

Everyday, in our life, we make hundreds or maybe even thousands decision.
Every decision that we made, affect our course of life.
Yes, of course there were always a wrong decision that we made, that can turn a miserable time for us. A time that can make us cry, suffer, feel guilty etc.
But this is the beauty of life.

" We're great, not because we never made any mistake, but because we can stand up again and fix any mistake that we made"

Once in a while, we will make a wrong decision in a critical situation, the worst decision in the worst time, that can make us regret it for a long time.
That can makes we feel, "this can't be fixed".

So be it !
Not every wrong move can be fixed, coz we are only Human. Not an angel.
Of course, we have an obligation to make sure that it will not happen again.
Disappointed is normal, but desperate is the true disaster.

I can be assured, that every human have a big regret in their life.
But that doesn't mean that our lives must be stuck by this regret.


Eat your consequence and face it.
Don't ever run from it, coz when you run, you lose the chance to learn, or even worse, you will never liberate yourself from the "worst decison" burden. A burden that actually made by yourself.

Hurt and pain, Cry and tears, Regret and disappointed are a sign that you still have life that can be expanded. A Life that full of opportunity. An opportunity to be Happy, an opportunity to reach your own halcyon.
When you dumps this opportunity only becoz a "sign", then you are truly a stupid person, that must be start to learn.

8erz'07