Wednesday, May 23, 2007

Rate of Crimes ??

Hmm, seperti yang sudah kutulis di post sebelumnya, saat ini aku punya cukup banyak waktu luang untuk kuhabiskan di rumah. Dalam satu minggu ke belakang cuma satu hari aku keluar rumah lebih dari 3 jam.

So, dalam kesempatan ini aku jadi banyak nonton TV. Salah satu kegiatan yang sangat jarang kulakukan di saat-saat "normal"ku.

Walaupun sudah ada lebih dari 10 stasiun televisi lokal, tetap aja TV rasanya membosankan. Apalagi dalam satu hari bisa ada lebih dari 5-6 program acara gosip artis yang beritanya bisa diulang-ulang dengan kemasan yang lain-lain. Belum lagi ditambah sinetron-sinetron indonesia yang isinya ngga jelas, orang jahat pasti kaya, cantik, menindas orang baik yang biasanya lemah, cuma bisa nangis, gebleg (bukan bodoh), miskin dll. Yang isinya tidak seperti itu pasti tentang cinta-cinta aneh remaja yang sebenarnya hampir ngga masuk akal. Ada sinetron yang cukup baguspun, malah jadi kehilangan daya tariknya karena diperpanjang-panjang ngga jelas.
Helllow ! amnesia itu jarang terjadi lho !
Sisanya paling tentang setan, jin, dan azab-azab untuk orang jahat, yang walaupun idenya bagus, tapi packingnya jauh dari kualitas baik sehingga malah rasanya sedikit menyimpang dari tujuan sebenarnya.
Aku sampai heran, kok ada ya ibu rumah tangga yang betah seharian nongkrong di depan TV ? (no offense, this is just my comment) :)

Kalau isi dari sinetron itu aku bandingkan dengan isi film Naga Bonar 2, rasanya film itu harus dapat piala citra deh.
Tapi bukan hal ini sih yang ingin aku tulis.

Jenis program yang menarik perhatianku dalam satu minggu ini adalah program-program kriminal seperti buser, sidik dsb.
Aku heran, karena pelaku kejahatan yang ditampilkan hampir selalu berbeda di setiap tayangannya. Program kaya gini, berita "aktor dan aktris"nya malah jauh lebih beragam daripada program gosip artis seperti insert atau GO show dsb. Gila !
Buser pagi dan Buser siang saja, aktor kejahatan yang ditampilkannya udah beda.
Ada yang pembunuhan, ada yang perampokan, penipuan, pemerasan, kekerasan rumah tangga, korupsi, jambret,pelacuran, perselingkuhan, seks bebas, perkelahian, penembakan,bunuh diri, pembakaran, pencurian, pemerkosaan, mutilasi, and so on, and so on.
Kayaknya hampir semua jenis kejahatan ada di Indonesia deh. seus !

Buka kamus besar bahasa indonesia, cari kata yang artinya menyerempet tindakan kejahatan, terus tongkrongin buser, atau sidik, dalam seminggu, kata yang didapet itu kemungkinan besar akan muncul di acara tersebut dan dipraktekan oleh seseorang !! Ngeri ngga tuh ?

Kalau dalam satu hari aja, ada lebih dari 10 pelaku kejahatan yang ditangkap (itu baru yang ditayangkan di TV, aslinya pasti jauh lebih banyak), penjara apa ngga penuh ya ?
Di Indonesia, kalau mau bisnis bikin penjara kayaknya bisa untung besar tuh, udah jadi "kebutuhan primer" sih. Ada yang tertarik ?

Oke, stop dulu otak bisnisnya, aku omongin moral dulu :P
Kok bisa separah itu ya ? Aku tahu bahwa program yang mengulas kejahatan sudah ada dari dulu banget, dan tahu juga bahwa mereka ngga pernah kehabisan bahan, which is FREAK !
hebatnya, hukum seperti ngga ada kemajuan, karena makin sini makin beragam dan makin banyak kejahatannya + makin kejam.

"hahaha, hebat lho, ada kepala yang ditemukan di pinggir sungai ! kayaknya korban mutilasi"
ngeri ngga kalau ada orang yang ngomong gitu ? tapi aku bisa jamin pasti ada yang ngomong kaya gitu di daerah sekitar ditemukannya hasil praktek mutilasi itu. Dan ngga cuma 1 orang. masyarakat selalu terlihat antusias di sekitar lokasi bekas kejahatan, seperti yang terlihat di TV.

Aku tidak akan mempertanyakan cara kerja polisi.
Tapi aku prihatin dengan keadaan moral indonesia.
Rasanya gampang banget bunuh istri, hanya karena ngga ngasih "jatah" 1 malam.

Budaya Indonesia yang "mampu" melupakan kejadian seheboh apapun dalam tempo kurang dari 1 bulan, mulai menunjukkan hasilnya.
Aku jadi merasa cara menghukum zaman hammurabi, dimana para terpidana mati atau cambuk dieksekusi di alun-alun kota, malah bisa jadi cara ampuh untuk membangkitkan kesadaran masyarakat kita. seus !
Tapi tentu saja, bukan seperti itu cara yang terbaik, nanti malah aku akan dicap sebagai orang ekstrim dan tidak menghormati HAM dan bla, bla, bla !

Cerita di zaman khalifah Umar bin Khattab, yang dalam satu tahun di negaranya cuma terjadi 3 atau 4 kejahatan sepertinya cuma cerita khayalan kalau dibanding keadaan Indonesia sekarang.
Padahal kalau ditelaah, bisa tercapainya prestasi seperti itu, bukan karena hukum Qisas yang keras saja, tapi karena masyarakat Umar memiliki kesadaran tinggi untuk tidak melakukan kejahatan. Merasa ngeri untuk melakukan kejahatan dari lubuk hatinya, merasa prihatin saat mendengar kejahatan yang orang lain lakukan, patuh dan takut kepada hukum, dan mempercayai perangkat hukum yang memang berkualitas A !

HAM ngga akan berfungsi apa-apa tanpa diikuti kesadaran masyarakat dan hukum yang baik. organisasi-organisasi HAM yang ada cuma terlihat seperti mementingkan eksistensinya tanpa kena sasarannya sama sekali. Tidak semuanya, aku yakin, tapi kebanyakan seperti itu. Apa sebaiknya organisasi semacam itu ngga usah ada aja ??

Apa ya solusinya ? tidak akan simpel, karena persoalannya memang pelik.
Tapi aku rasa kuncinya ada di cara membangkitkan kesadaran dan keprihatinan masyarakat, dan salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui media massa. Pembangkitan kesadaran hukum masyarakat dimulai dari lingkungan keluarganya harus di sosialisasikan besar-besaran dengan packing yang menarik.
Program acara dengan isi "pembangkit kesadaran masyarakat" harus didesain packingnya dengan baik.

Kita harus mengerti, bahwa cara menghimbau saat ini, tidak efektif. Ustadz, pastor dan pemuka agama yang masuk di tv untuk menghimbau biasanya cuma akan dicibir saja.
Kalau saja ada kesepakatan di antara juragan TV untuk sama-sama menayangkan program-program yang packingnya bagus secara konsisten untuk menyadarkan masyarakat tanpa menghiraukan prioritas jam tayang dan rating, mungkin bisa jadi salah satu solusi positif.
Toh dompet mereka juga udah tebal.
Kalau ngga ada yang mau memulai, aku bersedia untuk memulai ! umm...langkah pertama berarti harus jadi salah satu king of media dulu ya ?
Tapi masa ngga ada satu pun sih yang mau memulai ? atau paling tidak sama-sama mengajukan usul-usul seperti usulku ke media massa ?

Haaah...tapi pada dasarnya, aku cuma ingin menyampaikan, that i am apprehensive and sad about this condition.

A shed of tears for you dear motherland, from one of your son.

4 comments:

Anonymous said...

Wah, tumben lo banyak nganggur di rumah? Mang dah libur yah?

Talking bout Rate of crimes and Human rights.. Wah yang ini gw punya pendapat sendiri..

Yah betul, sepertinya hukum pada jaman dulu sepertinya akan lebih efektif.. Kenapa?

Contoh:
1. Dulu siapapun yang mencuri 1x, maka tangan kirinya dipotong, 2x, tangan kanannya dipotong, 3x, kaki kiri, dan 4x, kaki kanan.. Jadi kalo melihat orang yang tidak mempunyai tangan dan kaki berarti dia telah mencuri 4x.. Bayangkan apa yang kira2 pencuri pikirkan.. Wah nanti kalo gw nyuri.. Gw gak bisa ngap2 pake tangan dan gw ga bisa jalan2 ga ada kaki soalnya.. Orang akan berfikir ratusan kali sebelum memutuskan untuk mencuri.. Nah sekarang, untuk beberapa kasus pencuri akan bebas kurang dari 3 bulan.. kalo ketangkep, masuk lagi terus keluar lagi.. Tak ada raut jera jika lihat di tayangan2 kriminal, yang ada raut sakit dan menyesal.. Menyesal kenapa keburu ketangkep sebelum nyuri lagi yang lain! =)
2. Pembunuh, hukumannya juga dibunuh apabila terbukti dengan sengaja melakukannya.. Ini jelas sangat efektif!
3. dll..


MASALAHNYA!

Kalo itu dipraktekkan di Indonesia dan di beberapa negara, maka akan banyak yang berkomentar: HAM! Wah Hak Asasi Manusia tuh, ga bisa kaya gitu.. Hukumannya sadis bgt sih! dsb..

Ok, tapi kenapa yang dijadikan subjek HAM adalah sang pelaku.. Lalu bagaimana HAM sang korban.. Hak Asasi Manusia korban pencurian yang hartanya ia kumpulkan dengan bekerja keras dan menguras keringat yang mungkin untuk menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak2nya.. Hak Asasi Manusia korban pembunuhan yang nyawanya direnggut begitu saja.. Hak Asasi Manusia korban perkosaan yang terpaksa harus meladeni nafsu2 bejat sang pemerkosa, sang korban yang mungkin masa depannya akan hancur dan hina.. Dan Hak Asasi Manusia korban2 kejahatan yang lain..

Dari segi HAM saja, Kita lihat hukum sepertinya lebih memilih membentengi Hak nya para pelaku ketimbang Hak nya para korban..

Juz my opinion..

Astrid said...

"Dari segi HAM saja, Kita lihat hukum sepertinya lebih memilih membentengi Hak nya para pelaku ketimbang Hak nya para korban.."

wah,, pernyataan yg cukup berani^^

tapi,, setuju sih. Memang para penegak hukum dan pembela HAM itu ga mikirin perasaan para korban kejahatan saat mereka dianiaya? ketakutan, ketidakberdayaan, rasa sakit, dan hal lain yang mengerikan.
Dan lalu rakyat hanya menjadi penonton kejadian yang menimpa mereka.

Kejadian buruk bukan menjadi pertanda untuk solusi dan pencegahan bagi orang lain, tapi hanya menjadi euforia ketakutan sesaat, lalu berulang lagi.


jadi, buat apa hukum tercipta klo ga bisa ngasih solusi?


jelas aja bangsa ini ga maju, karena menciptakan keamanan yang harusnya menjadi kekuatan fundamental bangsa aja ga bisa. Masalah-masalah kecil yang terus bermunculan menjadikan masalah itu begitu besar sehingga masyarakat tidak bisa memikirkan dan bertindak hal yang besar yang belum dilakukan!!

wakwaw...
pada akhirnya apa yg bisa kita lakukan utk membuat sebuah perubahan? Klo hanya dengan bicara tentang suatu idealis itu cukup, berarti kita memang orang indonesia..

hehe

Anonymous said...

Kalau cuman bicara doang,
itupun cuman di blog pribadi,
lebih kecil lagi loh efeknya..

Mungkin kita juga musti ikutan posting di website yang banyak anggotanya...misalnya:
era-muslim@yahoogroups.com atau
mahasiswa-indonesia@yahoogroups.com
(ada nggak, ya?)

Anonymous said...

Tapi masa ngga ada satu pun sih yang mau memulai ? atau paling tidak sama-sama mengajukan usul-usul seperti usulku ke media massa ?

Pernah coba kirim proposal ke para juragan TV ?
Kalo belum, maka coba kirim satu surat tapi denga alamat kepada 10 orang,
para juragan TV itu dan juga tembuskan ke Presiden, para menteri terkait, DPR Pusat dan juga para gubernur dan walikota.

Gimana kalo gitu, Erz ?