Monday, November 28, 2005

In da Morning STORY

Salah satu teman baikku sebut saja namanya Irham,pada satu pagi sempat datang pagi-pagi ke rumahku sambil marah2 karena masalah dengan teman dekatnya.
Sambil menceritakan masalahnya dengan muka menahan marah dan nada berapi-api, dia kerap kali mengepalkan tanggannya seolah siap meninju apa saja.
Aku duduk menyimak paparan penjelasan masalahnya sambil tidak melepaskan sikap santaiku seperti biasa.
Di akhir cerita, dia seakan sudah tidak bisa menahan amarah, kemudian lalu berkata ",8erz ! Akan aku santet orang itu, serius, biar dia rasakan bagimana rasanya hidup segan mati tak mau !!".

Dengan enteng sambil tersenyum, aku berkata ", Silakan bro, lakukan saja."
Ucapanku membuatnya terdiam sebentar, menatapku, lalu dia berkata ", baru kali ini kamu dengan entengnya mengatakan hal seperti itu padaku ketika aku marah besar."

Aku tersenyum, berbaring, lalu berkata," Ham, kamu sahabatku, kita sudah sering ngobrol tentang segala macam hal tentang pilihan hidup, aku rasa kamu sudah mengerti bahwa dalam memilih melakukan sesuatu, kita tinggal menghitung resiko dan akibat yang akan terjadi pada kita. Kalau memang menurut pemikiran jernih kamu, menyantet dia adalah pilihan yang terbaik, aku percaya saja dan itu sebabnya aku tidak berusaha mencegah kamu."

Dia kembali terdiam sesaat, tampak berpikir lalu menyahut, "Ugh, aku takut pikiranku sedang tidak jernih, aku takut pilihanku salah."
Aku langsung menyahut," memang sedang tidak jernih tuh, ada pilihan solusi lain kok tanpa harus main santet segala."

"bagaimana ?" tanyanya.
Aku bangkit dari tidurku, duduk, lalu memberikannya beberapa jalan dan solusi yang bisa dia ambil untuk menelesaikan persoalan dia dengan temannya, yang notabene menurutku hanya kesalahpahaman. Kemudian saling berdiskusi dengan suasana yang santai dan atmosfer yang objektif.

Di akhir diskusi, dia sudah menetapkan langkah yang akan dia ambil untuk menyelesaikan masalahnya, tanpa santet tentunya.

Selesai menetapkan langkah yang dia mau ambil, dia berkata ", 8erz, tadi waktu kamu bilang 'silakan', sebenarnya itu taktik kamu untuk meredakan marahku ya ?"
Aku tertawa lalu berkata," sahabatku, Kita sudah kenal lama, aku sudah tahu bahwa kamu sudah banyak berubah, dari orang yang tadinya pemarah dan meledak-ledak tanpa pikir panjang, menjadi orang yang sudah sadar akan sifat pemarahnya. Aku tahu bahwa omongan kamu soal santet itu memang benar2 serius. Tapi aku juga percaya, kamu datang padaku di pagi hari bukan untuk minta dukungan untuk menyantet. Makannya waktu kamu bilang hal itu, aku iyakan. Dengan begitu, buktinya otak kamu bisa dengan cepat merasakan ada yang salah lau kembali ke pemikiran yang jernih."
Dia tertawa, " Tapi bagaimana seandainya kalau tadi aku benar2 langsung pulang berniat menyantet dia setelah kamu bilang seperti itu ?"
Aku bangkit, menepuk bahunya," hahaha, buktinya kamu ngga melakukan itu kan ?
Sekarang, ayo kita sarapan pagi bersama. "


8erz.

2 comments:

Anonymous said...

" Tapi bagaimana seandainya kalau tadi aku benar2 langsung pulang berniat menyantet dia setelah kamu bilang seperti itu ?"

Jawabnya adalah:
Elo gak pernah kepikir ya, bahwa orang itu ada pengawalnya yang jauh lebih sakti ketimbang elo. Kalo tadi lo jadi nyantet, maka santet itu akan mental balik ke elo dengan kekuatan seribu kali, dan elo akan mati merana, kesakitan dan mati penasaran...hahaha.....

Gak percaya ? Silahkan coba !!

eighterz said...

wah, itu bisa jadi jawaban yang bagus juga ya ?
hehehehe

8erz'06